Blog Archive

Ritual Pernikahan Tradisional Chio Tau



Yang disebut Chio Tau tak lain prosesi upacara pernikahan tradisional Peranakan Tionghoa. Prosesi pernikahan ini umumnya memang tak lagi dilakukan oleh pasangan pengantin modern, seiring terjadinya pergeseran budaya, keterbatasan biaya, lingkungan, dan lain sebagainya. Yang masih memelihara tradisi tata cara pernikahan Chio Tau ini adalah peranakan Tionghoa di daerah Tangerang dan Bekasi, terutama di kalangan komunitas peranakan yang tua. Bahkan dii daratan Tiongkok pun, konon berbagai ritual ini sudah punah.


Di Indonesia, Chio Tau juga merupakan seni dan budaya hasil asimilasi etnis Tionghoa di negeri ini. Chio Tau biasa dilaksanakan dengan berbagai ritual dan busana pengantin tradisional khas Peranakan Tionghoa, yang disebut Hwa Kun. Busana tradisional pengantin ini memiliki ciri khas berupa penggunaan riasan kepala dan belasan tusuk konde, daster hijau, serta kain merah bermotif dengan sulaman emas untuk pengantin perempuan. Bukti terjadinya proses asimilasi budaya tak lain pemakaian tusuk konde bunga bergoyang, yang diserap dari kebudayaan Betawi.

Bagian unik lainnya dari ritual pernikahan ini ada pada pemakaian busana pernikahan tersebut. Mempelai wanita akan dibantu seorang juru rias dan seorang kenek (pembantu juru rias) yang mempersiapkan sesaji hingga seluruh rangkaian acara selesai. Upacara dimulai dengan kedua orang tua perempuan yang dipimpin seorang juru rias, bersembahyang di depan meja Sam Kay (meja sesaji) untuk memohon restu dari Sang Pencipta. Setelah itu sembahyang dilanjutkan di dalam rumah, di depan meja leluhur. Setelah selesai, barulah cadar dipasangkan kepada mempelai wanita sebelum ia dijemput mempelai pria dan keluarganya.

0 komentar:

Posting Komentar